Sabtu, 22 Maret 2008

Sulitnya Angkat Keroncong di Kota Tegal

DEWAN Kesenian Kota Tegal (DKT) bekerja sama dengan Akademi Kebudayaan Tegal (AKT), selama sepekan menggelar Pekan Keroncong (17 - 23 Maret 2008).

Rekayasa budaya yang baru kali pertama ada di Kota Bahari ini memang sebuah terobosan yang tidak populer, bahkan bisa disebut sebagai menuai kesia-siaan. Namun don‘t worry friends, langkah memang harus diayun, dan perjuangan butuh kesabaran.

Memunahnya musik keroncong (MK) di Kota Tegal memang menjadi keprihatinan. Karena kini sudah terletup, sah-sah saja DKT-AKT berharap ke depan akan muncul bibit baru pengeroncong dari generasi muda.

Kalaupun tetap statis, tak usah risau kawan, sebab Tegal rasanya memang tidak memiliki akar budaya MK. Karenanya, tak usah mematok parameter keberhasilan, sebab kalau apresiasi saja kurang, apalagi bicara target.

Lagian, MK kini sedang terpepet oleh revolusi industri musik elektronik, sehingga upaya mengangkat derajat musik ini adalah sebuah keberanian. ‘‘Betapa pun, MK harus dibangkitkan. Meski respons masih belum maksimal, namun ke depan kami berharap ada benteng yang mampu menahan keroncong dari bahaya kepunahan,” ujar Jushua Igho BG dari AKT.

Pentas grup keroncong Eska Latin pimpinan Sugeng Kusyanto mengawali pentas Senin malam (17/3) di Colosium (depan Gedung DPRD). Selasa menampilkan Paguyuban Seni Musik Keroncong (Bani Mukron) Irama Bersama, Rabu gantian Sapta, Kamis menampilkan Irama Bersama, dan Jumat diisi oleh Eska Latin. Kalau Kamis malam sepi, Rabu malam ramai penonton.

Respon Bagus
Menurut Koordinator musik, Sugeng Kusyanto, respons pemusik bagus. Terbukti, empat grup membentuk kelompok bernama Irama Bersama. Namun diakui, apresiasi masyarakat masih kurang, khususnya generasi muda. ”Salah satunya mungkin karena penampilan grup lagaran, atau tidak didukung oleh sound system,” ucapnya.Eska pun nampak gambling.

Meski alat dan pentas diseting tradisional, belasan lagu yang dibawakan kebanyakan lagu latin yang dikeroncongkan. Misalnya Besamo Mucho, El Poromtom Vero, Maliendo Cafe (kopi dangdut). Untuk mendekatkan selera pemirsa muda, Eksa tak lupa menyelipkan lagu seperti Hanya Ingin Kau Tahu (Republik), Bento dan Yesterday (dinyanyikan Drs Yusqon MPd).

”Wah, sayangnya penampilan tidak didukung oleh sound system ya,” tukas Kabid Perindustrian Dinas Perindustrian Perdagangan Pemkab Brebes Taufikurahman yang nonton pentas itu. Kabid Seni Budaya Akur Sajarwo mengibaratkan, MK itu selembut bubur, sehingga sulit dicerna tanpa didukung sound system, apalagi pertunjukkan diadakan di tempat terbuka. Terbukti, vokalis Eska, Aab seringkali harus memegang tenggorokan, karena keserakan. (Nuryanto Aji-15)

Suara Merdeka, 22 Maret 2008

Tidak ada komentar: